Ini Dia Rahasia Supaya tidak Gampang Pilek

REPUBLIKA.CO.ID, Cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini membuat banyak orang gampang terserang common cold alias pilek. Penyakit yang disebabkan oleh Rinovirus ini sedikit-banyak membuat aktivitas penderitanya terganggu. Selain menimbulkan efek tidak nyaman, pilek juga mudah sekali menular dari satu penderita ke penderita lain. 
Musim hujan telah tiba. Nah, kalau sudah begini, biasanya kita gampang sekali terkena penyakit seperti flu atau pilek. Agar terhindar dari penyakit ini, cara paling ampuh adalah beristirahat.
Dokter Anggitya Rullantika dari klinik Insan Sehat Purwakarta menyarankan agar tubuh beristirahat cukup satu-dua hari. Istirahat yang cukup berguna untuk memperkuat sistem imun sehingga penderita kembali sehat. "Jadi, sebenarnya sistem imun tubuh pun bisa melawan virus ini,' kata dr Anggit kepada Republika. 
Kalau tidak memungkinkan untuk mengambil cuti, penderita pilek bisa mengandalkan masker selama beraktivitas di luar rumah. Jika dibutuhkan, konsumsi suplemen untuk memperkuat sistem imun. Obat-obat simptomatik juga bisa dikonsumsi untuk mengurangi gejala pilek yang mengganggu. Obat jenis ini berguna untuk menghilangkan gejala pilek, namun tidak menghilangkan penyebab utamanya. Misalnya, obat demam, painkiller, dan obat flu yang beredar di pasaran.
Zat besi adalah satu di antara banyak mineral yang dapat memperpendek durasi pilek. Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung mineral ini selama musim penghujan. Asupan zat besi dalam tubuh bisa diperbanyak dengan mengkonsumsi kacang-kacangan, gandum, ikan, dan sayuran. Batasi juga asupan alkohol dan kafein yang bisa merangsang kita untuk sering buang air kecil yang menyebabkan banyak zat besi terbuang.
Namun, jika kondisi badan tidak juga membaik, dokter Anggit menyarankan untuk segera konsultasi ke dokter atau minum obat.  Obat yang dibutuhnya penderita pilek tergantung gejala yang menjangkitinya. Kalau pilek disertai dengan demam dan nyeri kepala, carilah obat yang mengandung penurun demam seperti paracetamol
Penanganan akan lain jika pilek diiringi hidung mampet. Hal ini bisa dengan meminum obat-obatan yang mengandung pseudoefedrin. Namun, jika pilek disertai dengan batuk, terlebih dahulu harus dilihat jenis batuknya, apakah berdahak atau tidak. Jika batuknya berdahak, maka carilah obat yang mengandung pengencer dahak. Sebaliknya, jika pilek disertai batuk kering, carilah obat yang mengandung penekan batuk. 
"Sebaiknya ke dokter kalau gejala di atas tidak juga membaik dalam dua minggu. Apalagi kalau sudah disertai sesak napas atau demam tinggi," kata dokter Anggit.

Mengonsumsi Antibiotik, Perlu Enggak Ya?

REPUBLIKA.CO.ID, Tak jarang, bila ke dokter, kita mendapatkan obat berupa antibiotik. Seorang ibu sempat mengeluhkan bahwa dokternya kerap memberikan antibiotik untuk anak yang berpenyakit ringan seperti batuk. Lantas, bagaimana sebenarnya kita harus mencermati antibiotik?
Menurut dr Zubairi Djoerban, spesialis penyakit dalam dan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, antibiotik adalah zat antimikroba (zat antikuman) yang berasal dari  mikroba lain, umumnya jamur, atau dapat juga dibuat secara sintetik.  Contohnya, lanjut Zubairi, antibiotik penisilin yang ditemukan oleh Alexander Flemming  merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh jamur. Satu jenis antibiotik  biasanya hanya ampuh untuk satu kelompok kuman tertentu, tetapi tidak  untuk kuman yang lain, tetapi ada pula antibiotik yang dapat membunuh  berbagai kelompok kuman.
Kendati begitu, Zubairi tetap menekankan agar hati-hati saat mengonsumsi antibiotik. Pasalnya, bila sembarangan dapat  menimbulkan masalah yang serius misalnya alergi, dan yang paling ditakuti  adalah bila terjadi resistensi, artinya antibiotik yang dipakai menjadi  tidak ampuh lagi. Kuman menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Demam memang merupakan tanda adanya infeksi. Demam terjadi karena sel-sel  tubuh bereaksi untuk melawan infeksi tersebut.
Demam juga dapat terjadi  karena keadaan lain, misalnya dehidrasi. Biasanya yang disebut dengan  demam adalah jika suhu tubuh lebih dari 38 derajat Celsius. Menurut Zubairi, sebagian besar demam pada anak disebabkan oleh virus. Virus tidak dapat dibunuh  dengan antibiotik tetapi dengan obat antivirus. Umumnya penyakit yang  disebabkan virus merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan  bantuan sistem pertahanan tubuh. Oleh karena itu pengobatannya adalah  dengan menjaga kondisi tubuh. Jadi, memang tidak semua demam memerlukan antibiotik.
Zubairi juga menekankan, batuk pilek (flu)  biasanya tidak perlu diberi antibiotik. Antibiotik menjadi perlu apabila terjadi infeksi sekunder oleh bakteri, biasanya ditandai dengan penyakit  yang tidak membaik atau malah memburuk setelah beberapa hari. Perubahan warna dan kekentalan ingus atau dahak merupakan hal yang normal pada sakit  pilek dan tidak perlu diberikan antibiotik. Diare juga tidak selalu harus diberi antibiotik karena diare dapat disebabkan oleh virus atau akibat intoleransi terhadap makanan yang  dimakan. Infeksi telinga juga tidak selalu membutuhkan antibiotik.
Sebagian anak mengalami infeksi telinga akibat penumpukan cairan pada penyakit flu. Bila sakit flunya membaik maka sakit telinganya akan  membaik pula. Jika sakit telinga menetap maka mungkin perlu diberikan antibiotik. Anak-anak sering juga mengalami demam tinggi tanpa diketahui penyebabnya.  Jika terjadi hal demikian yang perlu dilakukan adalah menjaga agar  panasnya tidak semakin tinggi dengan memberi obat penurun panas seperti  parasetamol yang banyak dijual di pasaran.
Selain itu, dapat pula  dilakukan pengompresan dengan air hangat. Jangan mengompres dengan air dingin atau es karena hal ini dapat menyebabkan anak menggigil dan suhu tubuhnya malah semakin meningkat. Jadi, antibiotik hanya diberikan atas indikasi yang tepat dan penggunaannya harus dengan aturan tertentu. Jika demam yang dialami anak  tidak terlalu tinggi dan tidak disertai gejala-gejala yang mengkhawatirkan  maka tidak perlu langsung dibawa ke dokter. Jika sakit anak menetap atau  bertambah parah maka anak perlu dibawa ke dokter, bahkan mungkin perlu  diberi antibiotik atau obat yang lain.

Pasien Berisiko Meninggal di Akhir Pekan

Ghiboo.com - Penelitian menemukan pasien yang baru masuk dan dirawat di rumah sakit pada akhir jauh lebih mungkin meninggal dunia dibandingkan mereka yang dibawa kesana pada hari kerja.
Tim ahli dari University College London dan University of Birmingham and East Anglia mengungkapkan kenaikan jumlah pasien yang meninggal bukanlah angka yang sedikit, sehingga dihimbau agar setiap orang menghindari dirawat di rumah sakit pada akhir pekan.
Laporan yang dipublikasikan dalam journal of the Royal Society of Medicine (JRSM) mengungkapkan lebih dari 16 persen pasien meninggal ketika mereka dirawat di rumah sakit pada hari Minggu dibandingkan hari Rabu dan lebih dari 11 persen orang kehilangan nyawa saat masuk rumah sakit pada hari Sabtu.
Untuk mendapatkan kesimpulan tersebut, peneliti mengikuti laporan medis lebih dari 187.300 pasien yang meninggal dalam sebulan. Setelah menilai semuanya, data-data tersebut menunjukkan bahwa pasien lebih berisiko kehilangan nyawanya pada akhir pekan dan risiko akan berkurang pada hari kerja.
Beberapa penyakit umum yang menyebabkan kematian pada pasien di rumah sakit diantaranya pneumonia, gagal jantung, serangan jantung, gagal ginjal akut, septikemia, infeksi saluran kencing, patah tulang, leher dan pinggul.
Tingkat kematian yang tinggi ini diduga staf medis yang bertugas di akhir pekan lebih sedikit sehingga penanganan pasien tidak maksimal, meskipun hanya untuk sekedar melakukan tes laboratorium.
Para ahli menyarankan agar sistem manajemen rumah sakit merubah kebijakannya dan selalu siap 24 jam setiap hari selama 7 hari penuh.
"Pasien seharusnya tidak perlu merasa khawatir kapan waktu yang 'tepat' untuk ke rumah sakit. Dengan tetap buka pelayanan selama tujuh hari dalam seminggu, akan lebih banyak pasien yang akan mendapatkan perawatan yang mereka inginkan pada saat mereka membutuhkan," papar Andrew Lansley yang dilansir melalui Dailymail, Jumat (3/2).